Salam Dalam Damai Yesus Kristus,
|
Bunda & Yukova Nathaniel // Bandara Soekarno Hatta |
Hari ini tepat 62 hari kami ditinggalkan anak Yukova Krisna Nathaniel yang begitu kami kasihi yang telah menyelesaikan tugasnya mendampingi orang tuanya berolah hikmat surgawi untuk menghadap Allah Bapanya. Masih besar kerinduan kami akan Nathan atas segala kenangan manis dan ajaran Tuhan yang diajarkan melalui anak kami.
Dalam tulisan sebelumnya "
Kerjakan Dengan Hatimu" saya coba menulis segala sesuatu akan maksimal jikalau dikerjakan dengan hati, namun kadang kala justru kita sakit hati karena apa yang kita kerjakan dengan hati ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Sebagai contoh ketika seorang pekerja bekerja dengan segenap hati namun ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atasan maka kemungkinan besar yang akan diterima karyawan tersebut adalah pemecatan. Pasti ada kekecewaan ketika seorang pekerja menerima hal itu namun apakah kekecewaan itu akan menghancurkan kita? Untuk itu kita membutuhkan prioritas kehidupan, sehingga ketika segala sesuatu yang kita gantung didunia berusaha menghancurkan kita maka ada hal yang lain yang menjadi penopangnya.
Prioritas kehidupan menurut saya pribadi adalah urutan saling menopang ketika seseorang menerima sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak kita dan urutan apa yang menjadi utama yang harus kita dahulukan ketika kita dihadapkan dengan pilihan. Setiap orang pasti memiliki prioritas kehidupan namun tidak semua orang memiliki hikmat yang benar dalam memberi prioritas dalam kehidupannya, banyak orang yang kecewa dan bahkan ada beberapa yang mengakhiri hidupnya karena kecewa yang tak tertahankan. Ada banyak pula sebagian dari kita yang dari mulutnya memiliki prioritas yang benar, namun dalam tindakan apa yang diucapkan mulut tidak sesuai dengan apa yang dijalankan dan semuanya kembali kepada masing-masing pribadi.
|
Yukova Nathaniel - Packing Mudik Lampung 2010 |
Prioritas kehidupan yang benar menempatkan sesuatu yang tidak pernah atau jarang mengecewakan menjadi yang utama untuk menopang segala sesuatu yang lebih kecil. Apa yang dalam kehidupan ini tidak pernah mengecewakan? Tidak ada, semua pasti akan mengecewakan kita hanyalah Sang Pencipta yang adalah Tuhan Allah yang tidak pernah mengecewakan namun itu secara teoritis. Secara praktikal sering kali kita kecewa terhadap Sang Pencipta dan hal tersebut adalah akibat kegagalan manusia menerima kedaulatan Tuhan dalam hidupnya bukan karena Tuhan mengecewakan. Tuhan memiliki rencana indah bagi kehidupan manusia namun rancangan-Nya bukan rancangan manusia, Dia lebih mengetahui apa yang terbaik bagi manusia karena Dia adalah arsitek terbesar dalam kehidupan kita yang merancang segala sesuatu bagi kebaikan kita dan yang terutama bagi kemuliaan-Nya. Apakah Tuhan Allah menjadi akan menjadi prioritas utama kita? Ya.. Dia adalah prioritas utama kita, tetapi apakah jawaban tersebut seiring dengan apa yang tindakan kita? Banyak dari kita meng-amini bahwa Tuhan adalah yang menjadi prioritas utama kita tetapi gagal dalam tindakan untuk mewujudkan hal tersebut. Sebagai contoh kehidupan melayani & berorganisasi digereja, seseorang ingin melayani Tuhan dengan menjadi penatua atau diaken karena Dia-lah yang terutama namun mengabaikan atau hanya sedikit waktu bagi keluarganya demi pelayanan gereja. Apakah itu dapat dibenarkan? Bukankah keluarga juga berasal dari Tuhan dan apakah melayani Tuhan harus selalu dalam lingkup gereja?. Sebagai contoh yang lain ada orang-orang yang mengatasnamakan Tuhan melakukan self-bombing/bom bunuh diri. Bukankah kontradiktif jika dalam semua ajaran agama Tuhan mengutuk bunuh diri namun ada saja orang yang mengatasnamakan Tuhan melakukan bunuh diri.
|
Mbah Kakung & Yukova Nathaniel - Drive Tractor |
Ketika kita sudah memiliki prioritas utama kehidupan tentu saja ada prioritas kehidupan lainnya yang menyusul sebagai contoh prioritas keluarga, pelayanan gereja, prioritas kerja serta prioritas yang lainnya yang tidak disebutkan. Berbagi pengalaman pribadi sebagai seorang kepala rumah tangga dan seorang karyawan, ketika anak terkasih Yukova Krisna Nathaniel dipanggil Tuhan ada kondisi dimana kami merasakan sangat kehilangan terlebih Istri yang dahulu dalam kesehariannya menemani anak kekasih kami. Sebagai seorang suami Istri-lah satu-satunya keluarga yang tersisa, dan disisi lain sebagai seorang karyawan tentu saja mengharapkan kembalinya karyawan untuk bekerja. Pada saat itu saya dihadapkan oleh dua buah pilihan antara bekerja dan mendampingi istri. Apa yang menjadi prioritas saya bahwa bekerja adalah prioritas dibawah keluarga karena keluarga adalah anugerah Tuhan bagi saya. Bekerja juga merupakan anugerah Tuhan namun coba kita timbang gambaran berikut. Andai saya kehilangan pekerjaan karena memilih keluarga bukankah saya bisa mencari pekerjaan yang lain. Bagaimana jika gambaran tadi dibalik ketika saya memilih pekerjaan ketimbang keluarga dan ketika keluarga saya kacau apakah bekerja dapat menyelesaikan semuanya? Namun saya bersyukur dengan pekerjaan dan kantor saya yang saat ini dimana saya diberi peluang untuk dapat bekerja jarak jauh dari rumah sehingga ada waktu berbagi mana yang menjadi hak perusahaan tempat saya bekerja dan mana yang menjadi kewajiban seorang suami terhadap istri.
Sebuah gambaran/ilustrasi yang terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama sedangkan dalam dunia nyata begitu banyak hal yang saya lihat ketika orang tua lebih memberi prioritas bekerja dan "mengabaikan" keluarganya maka sang anak tumbuh menjadi pribadi yang "Galau". Dikemudian hari ketika orang tuanya pensiun mungkin akan mengelus dada ketika anak yang diharapkan menjadi seorang anak yang diandalkan justru terbalik menjadi pribadi yang tidak bisa dibanggakan. Bukankan hal itu menjadi duka bagi kita?
0 comments:
Posting Komentar